Maulid Nabi di Petobo, Tradisi Religius yang Bertahan di Tengah Luka Likuefaksi

By Inul Irfani 29 Sep 2025, 08:21:27 WIB Story
Maulid Nabi di Petobo, Tradisi Religius yang Bertahan di Tengah Luka Likuefaksi

Keterangan Gambar : Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Al-Munadji, Kelurahan Petobo, Kota Palu, Sabtu (27/9) malam. (Foto: Syahrul/Likeindonesia.com)


Likeindonesia.com, Palu – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kelurahan Petobo, Kota Palu, berlangsung khidmat, meski kawasan ini pernah menjadi salah satu titik terparah bencana likuefaksi 2018 silam.


Acara yang digelar di Pondok Pesantren Al-Munadji, Sabtu (27/9) malam, diisi dengan pembacaan Al-Barzanji, salawat bersama para santri, warga setempat, hingga lantunan ayat suci Alquran.

Baca Lainnya :


Maulid ini sekaligus menjadi momen doa bagi keluarga korban bencana yang telah lebih dulu wafat.


Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munadji, Adhitya Sukarno W., mengatakan, Maulid Nabi bukan sekadar peringatan rutin, tetapi cara umat untuk kembali mengingat dan meneladani Rasulullah.


“Maulid nabi intinya adalah kita bersyukur sebagai umatnya Rasulullah, dan ini memang acara rutin setiap tahun, baik maulid maupun Isra Mi’raj,” ujarnya diwawancarai media ini usai acara. 


Adhitya menambahkan, meski sempat terdampak gempa dan likuefaksi, kegiatan keagamaan di pesantrennya tidak pernah benar-benar berhenti. 


Saat kondisi bangunan tak bisa digunakan, aktivitas belajar mengaji tetap berjalan di pengungsian.


“Al-Munadji berdiri sejak 2013, sekarang kira-kira sudah 12 tahun. Waktu gempa pun, ngajinya tetap, hanya beberapa kegiatan berkurang karena terkena bencana,” jelasnya.


Saat ini, Ponpes Al-Munadji membina sekitar 80 santri anak-anak yang rutin belajar setiap hari. 


Selain itu, ada pula pengajian ibu-ibu setiap Minggu sore, serta bapak-bapak pada malam Rabu dan malam Jumat, masing-masing diikuti sekitar 30 orang.


Menurut Adhitya, walau Maulid tahun ini digelar pada bulan Rabiul Akhir, momentum tersebut tetap dimaknai untuk mengulang kembali sejarah Rasulullah.


 “Kalau kata orang, tak kenal maka tak sayang. Jadi sejarah Rasulullah diulang-ulang agar umat kembali ingat atas Rasul-Nya,” tuturnya.


Kapolsek Palu Selatan, AKP Muhammad Kasim, yang turut hadir, menilai kegiatan ini sangat positif. 


Ia menyebut peringatan Maulid memberi teladan sekaligus menumbuhkan karakter generasi muda.


“Alhamdulillah, kita lihat bersama kegiatan ini sangat positif, karena selain bisa meneladani sifat-sifat nabi, kita juga bisa melihat adik-adik kita yang insya Allah calon penerus yang akan menebarkan kebaikan,” katanya.


Ia menegaskan, kehadiran anak-anak santri yang terus belajar agama menjadi harapan agar wilayah hukum Palu Selatan tetap aman dan kondusif. 


Polisi, katanya, merasa senang melihat tumbuhnya generasi yang bisa membantu menebarkan kebaikan.


“Pesan kami kepada santri dan santriwati, tetaplah menjadi anak yang baik dan menuntut ilmu, supaya bisa menjadi kebanggaan bangsa, negara, dan orang tua,” pungkasnya.


Peringatan Maulid Nabi di Petobo ini digelar sehari menjelang peringatan tujuh tahun bencana 28 September 2018. 


Bagi warga, tradisi religius ini bukan hanya bentuk syukur, tetapi juga simbol keteguhan hati untuk bangkit di tengah luka lama. (Rul/Nl)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment