- Rencana Pemekaran Kabupaten Tompotika Masih Tunggu Regulasi Pusat
- 47 Atlet Korpri Sulteng Siap Berlaga di Pornas XVII Palembang
- Bangkep, Sigi, Tolitoli, dan Poso Diguncang Gempa Hari Ini
- Banyak Perusahaan Enggan Rekrut Gen Z, Kemnaker: Penyebabnya Karena Soft Skill Kurang
- Anak-anak PAUD Kunjungi Basarnas Palu, Belajar Mitigasi Bencana Sejak Dini
- Sampel Makanan Program MBG di Sulteng Diuji BPOM, Hasilnya Jadi Bahan Penyelidikan Dinkes
- Tanya Soal MBG, ID Pers Istana Reporter CNN Dicabut BPMI
- Kontingen Sulteng Disambut Ketua KONI Usai Torehkan 6 Medali di Ajang Pomnas XIX Jawa Tengah 2025
- Pengeluaran Warga Palu untuk Rokok Menurun di 2024
- DMI Sulteng Gelar Khitanan Massal, 150 Anak Dikhitan Gratis
Palu Menari Festival 2025: Komunitas Seni Lobo Dorong Ekosistem Tari Lebih Inklusif

Keterangan Gambar : Penampilan penari dalam gelaran Palu Menari Festival 2025, Kamis (25/9/2025). (Foto: Bimaz/Likeindonesia.com)
Likeindonesia.com, PALU - Gelaran Palu Menari Festival 2025 dengan tajuk “Titik Temu: Move On, Bergerak untuk Berpindah” diharapkan memberi kontribusi lebih besar bagi ekosistem tari Indonesia, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di daerah.
Koreografer sekaligus dosen seni tari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Hartati menilai keberlangsungan festival ini penting bagi regenerasi seniman.
Baca Lainnya :
- Festival Literasi Keluarga di Palu Dorong Peran Orang Tua Bangun Budaya Baca
- BGN Evaluasi SPPG Bermasalah, Siapkan Skema Akreditasi Nasional
- DPRD dan Pemprov Sepakat, Tompotika Segera Jadi Kabupaten Baru di Sulteng
- PPA Polresta Palu Gelar Rekonstruksi Kasus KDRT, Suami Bakar Istri hingga Meninggal
- Bahasa Daerah di Sulteng Terancam Punah, Balai Bahasa Perkuat Pengawasan Bahasa
“Tari kontemporer tidak akan merusak tradisi. Justru ia bisa menjadi wadah untuk menggali nilai budaya agar tetap relevan dengan kondisi hari ini,” ujarnya dalam malam penutupan gelaran tersebut, Kamis (25/9/2025).
Senada dengan itu koreografer nasional Eko Supriyanto menekankan pentingnya karya seni yang mampu memberi dampak emosional.
“Bukan soal tradisi atau kontemporer, yang utama adalah bagaimana karya tari bisa menggerakkan hati penonton,” katanya.
Program Manager Komunitas Seni Lobo Iin Ainar Lawide menegaskan bahwa Palu Menari telah menjadi ruang tumbuh pascabencana dan kini memasuki tahun kelima. Ia berharap pemerintah lebih memberi dukungan terhadap praktik kesenian di Sulawesi Tengah.
“Kami ingin Palu Menari tidak hanya berhenti di panggung, tapi juga melahirkan gagasan lintas disiplin. Dengan dukungan regulasi dan sinergi pemerintah, seni bisa memberi dampak lebih luas bagi masyarakat,” tutupnya.
Festival yang berlangsung di Jln Tawanjuka, Kota Palu ini didukung Kementerian Kebudayaan RI, LPDP, dan MPN Seni Pertunjukan, dengan menampilkan 13 koreografer lintas daerah. (Bim/Nl)
