- Sidak di Pasar Palu, Harga Beras Stabil Rp14–15 Ribu per Kilogram
- Mobil Tertimpa Pohon Tumbang di Jalan Sisingamangaraja, Beruntung Pengemudi Selamat
- Sakit Perut hingga Muntah Usai Konsumsi MBG, Sejumlah Siswa SDN Inpres Boyaoge Dilarikan ke RS
- Diduga Keracunan Akibat MBG, Ratusan Siswa di Bangkep Dilarikan ke RS
- Ahmad Ali Minta Warga Ingatkan Janji Kampanye yang Belum Terpenuhi
- Tahun Depan, Warga Sulteng Bisa Terbang Langsung ke Cina, Korsel, hingga Eropa
- PMI Sulteng Gelar HUT ke-80, Dorong Gerakan #BeraniDonor
- Utamakan Warga, Komisi III DPRD Sulteng Pastikan Penyelesaian Konflik Agraria di Sulewana
- BPBD Sulteng Imbau Warga Waspada Hujan dan Angin Kencang Hingga April 2026
- Kasus Kuota Haji 2024, Ustaz Khalid Basalamah Kembalikan Uang Kuota Haji ke KPK
Petani Tolitoli Lapor ke Banyak Lembaga, Gunardi AK: Tanah Mereka Masih Dikuasai Perusahaan Sawit

Keterangan Gambar : Politikus PKS Gunardi AK lewat unggahan video di akun media sosial pribadinya menyuarakan jeritan hati petani Tolitoli. (Foto: @gunardi.ak/Tangkapan layar)
Likeindonesia.com, Palu - Tokoh publik, Gunardi Aluy Kama, melalui unggahan video di akun media sosial pribadinya menyuarakan jeritan hati petani Tolitoli yang hampir 10 tahun memperjuangkan hak atas tanah mereka, pada Kamis (21/8/2025).
Ia menegaskan, para petani hanya ingin haknya kembali, bukan melawan negara, apalagi menantang perusahaan besar.
Baca Lainnya :
- PFI Palu Siapkan Pameran Foto Asa di Atas Patahan, Peringati 7 Tahun Bencana
- Pasar Tani Sulteng, Etalase Produk Petani dan UMKM Lokal
- Banyak Untung Pakai DFSK Super Cab, Kini Hadir dengan Promo Spesial di Palu
- AMSI Sulteng Sesalkan Sikap Komika Ichal Kate, Tak Mau Konfirmasi Tapi Lecehkan Media
- 12 Perusahaan Tambang Komit Perbaiki Jalan Ganda-Ganda–Toi di Morut Usai Didorong Gubernur
Dalam videonya, Gunardi menjelaskan bahwa para petani sudah menempuh berbagai jalur untuk memperjuangkan hak mereka, mulai dari menyampaikan aspirasi ke DPRD Kabupaten Tolitoli, melaporkan aduan ke Polres Tolitoli, hingga menyurati Pemerintah Daerah.
Tak hanya itu, petani juga membawa masalah ini ke Ombudsman Provinsi Sulawesi Tengah, Komnas HAM perwakilan Sulteng pada 2025, bahkan baru-baru ini ke Satgas Agraria bentukan Pemprov. Namun, semua langkah tersebut belum membuahkan hasil.
“Saya merasa sangat sedih dan kesal. Mengapa suara rakyat kecil tidak lagi didengar? Apakah suara petani kalah dengan suara pemodal besar?” ujarnya dalam video berdurasi 4:27 detik itu.
Gunardi menekankan bahwa tanah bagi petani adalah sumber kehidupan, sehingga negara tidak boleh abai dalam memberikan perlindungan.
“Mereka tidak menuntut berlebihan. Mereka hanya ingin tanah mereka kembali, sekecil apa pun, karena itu hak yang seharusnya dilindungi,” tegasnya.
Ia juga memohon agar Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, segera mengambil langkah nyata menyelesaikan konflik agraria yang sudah berlangsung hampir satu dekade.
“Jika bukan Bapak Gubernur yang mereka harapkan, siapa lagi? Para petani sudah terlalu lama menunggu kepastian,” harap Gunardi. (Bim)
